Jayapura-PERUM Bulog Divisi Regional (Divre) Papua menegaskan bahwa 30 ton beras Bulog yang rusak pada saat bongkar muat di Pelabuhan Samabusa Nabire akibat terkena percikan ombak, tidak akan sampai menimbulkan efek negatif terhadap ketahanan maupun persediaan beras dolog di Kantor Seksi Logistik (Kansilog) Nabire. Disamping itu, kerugian yang diderita Bulog akibat dari adanya musibah tersebut, menjadi tanggungan dari pihak kontraktor yang mengangkut beras dari Banyuwangi ke Nabire.
"Jadi, 30 ton beras dolog yang diduga rusak terkena percikan ombak pada saat bongkar muat di Pelabuhan Samabusa Nabire, tidak menimbulkan efek buruk atau masalah yang mempengaruhi ketahanan stok beras di Nabire. Dengan kata lain, kerusakan yang ditimbulkan akan menjadi tanggung jawab dari pihak kontraktor yang mengangkut beras. Sehingga Bulog juga akan mengembalikan sejumlah beras yang dinyatakan rusak kepada pihak pengangkut untuk menjadi bebannya," jelas Kadivre Bulog Papua, Indra Suyanto yang didampingi Kabid Pelayanan Public Bulog Divre Papua, Abdul Hamid, saat dikonfirmasi wartawan, Kamis (16/02) diruang kerja.
Menurutnya, pengembalian beras yang rusak kepada pihak kontraktor adalah sesuai dengan ketentuan dan komitmen antara Bulog dengan kontraktor pengangkut. Dalam ketentuan dicantumkan bahwa penyaluran beras, dilakukan dalam keadaan baik dan layak konsumsi. Sehingga demikian, apabila didalam perjalanan atau bongkar muat terjadi hal-hal yang serupa, maka beban tanggungan menjadi tanggung jawab kontraktor pengangkut.
Sedangkan mengenai pemusnahannya, kata Indra, akan dilakukan setelah dievaluasi lebih jauh berapa banyak jumlah beras yang tergolong rusak. Keputusan untuk melakukan pemusnahan atau lain-lainnya menjadi keputusan dari pihak kontraktor.
Menurutnya, pengembalian beras kepada pihak kontraktor, tidak hanya dilakukan apabila dalam penyalurannya, beras yang diangkut terkena percikan ombak dan menjadi rusak. Namun pengembalian beras dapat dilakukan apabila kemasan pembungkus beras menjadi sobek.
Indra juga mengakui, bahwa kejadian-kejadian seperti ini, biasa terjadi pada saat melakukan bongkar muat barang akibat terkena percikan air ombak laut. Selain itu, kondisi maupun fasilitas pelabuhan Samabusa Nabire, tidak mendukung untuk dilakukannya bongkar muat beras.
Dikatakan, menurut laporan yang masuk dari Kansilog Nabire, sebanyak 30 ton beras yang diduga basah dan busuk, telah jelas sebanyak 15 ton beras yang 100 rusak dan tak layak konsumsi. Namun dirinya yakin bahwa tidak menutup kemungkinan tingkat kerusakan beras bisa naik mencapai 40 ton bahkan lebih.
Lanjut Indra, stok beras yang ada di Kansilog Nabire saat ini (data pada hari Kamis Kemarin) mencapai 1.522 ton. Diperkirakan ketahanan beras dapat mencapai 3 bulan. Direncanakan pada akhir bulan Maret 2006 mendatang, akan masuk beras dari Jatim sebesar 2000 ton. Dengan demikian, stok beras di Kabupaten Nabire berada pada posisi yang aman. Dan 30 ton beras yang diduga rusak akibat terkena percikan air laut, tidak mempengaruhi ketahanan stok beras Bulog Kandilog Nabire saat ini.
"Jadi memang untuk sementara ini belum ada keluhan yang mendasar tentang kerusakan beras di Nabire. Namun, kita tetap mengharapkan agar dermaga segera diperbaharui, karena kondisi dermaga yang seperti itu tentunya sangat mengganggu efektivitas bongkar muat. Kapal yang mau ke Nabire pikir-pikir berapa lama harus bongkar muat disana, akhirnya harus jadi mahal,?katanya.
?Kami juga berencana membangun gudang beras dolog berkapasitas 1000 ton di Nabire pada tahun ini. Hal ini agar proteksi persediaan beras di nabire, dapat berjalan maksimal sesuai dengan program kerja Bulog," Ungkap Indra yakin.**