Jayapura-UNTUK keberhasilan penanganan kasus HIV/AIDS di tanah Papua, diperlukan suatu kepemimpinan yang kuat dan konsisten, serta peduli dan mampu mengajak masyarakat untuk ikut peduli dalam penanganannya. Disamping itu, pemerintah wajib segera mengaktifkan Komisi Penanggulangan AIDS (KPA) diwilayahnya serta menyiapkan dan membuat perundang-undangan untuk menangkal HIV/AIDS.
"Keberhasilan penanganan HIV/AIDS di Papua perlu kepemimpinan yang kuat serta harus didukung dengan peran dan kemampuannya. Selain itu, dibutuhkan kerja sama dengan semua pihak dan lembaga-lembaga internasional, dengan langkah awal pengaktifan KPA-KPA diwilayahnya," ungkap Ketua Komisi Penanggulangan AIDS Daerah (KPAD) Provinsi Papua, Drh. Constant Karma (CK) saat memberikan cerama pada acara dialog generasi muda se-Kota Jayapura, Senin (20/02) yang diadakan di Aula Kantor Walikota Jayapura.
Menurut CK, satu hal yang mengkhawatirkan adalah kasus HIV/AIDS terbanyak terdapat pada kelompok usia produktif (15-39 tahun), yakni sekitar 79 persen. Jumlah kasus HIV/AIDS tertinggi pada kelompok umur 20-29 tahun yaitu sebanyak 879 kasus, kelompok umur 30-39 tahun sebanyak 530 kasus, dan kelompok umur 15-19 tahun sebanyak 189 kasus.
Epidemi HIV/AIDS di Papua menyebar dalam populasi umum (generalized epidemic), yaitu lebih dari 90 persen penyebarannya melalui hubungan seks.
Melalui estimasi Dinas Kesehatan Provinsi Papua tahun 2003, kata CK, sebanyak 14.329 orang di Papua telah terinveksi HIV. Sekitar 68 persen pada populasi umum asli Papua dan 22 persen pada populasi umum non Papua. Sedangkan untuk kelompok masyarakat beresiko tinggi hanya sekitar 10 persen.
Menurutnya, HIV/AIDS harus segera dicegah dan ditekan melalui perubahan perilaku dari setiap manusia. Virus mematikan tersebut, sampai dengan saat ini belum ditemukan penawarnya. Penyabaran penyakit ini, harus segera dicegah oleh berbagai komponen masyarakat yang ada. Dengan kata lain, masyarakat harus ikut berperan serta mensosialisasikan pesan penting bahaya HIV/AIDS yang dapat menimbulkan kematian. Hal ini harus segera dicegah bersama-sama, agar Papua dapat terhindar dari bencana
Terkait dengan tema memperingati HAS di Papua bulan Desember 2005 lalu yaitu "Stop HIV dan menempati janji." Arti kata ini, lanjut Karma, mempunyai makna yang luas, yaitu, "janji kepada diri sendiri, suami istri, dan Tuhan untuk setia kepada pasangannya. Kemudian janji untuk mengatakan tidak kepada seks bebas, dan janji untuk berperilaku seks yang baik. Dengan kata lain, penyebaran HIV diakibatkan oleh adanya perilaku seks yang tidak aman, berganti-ganti pasangan atau lainnya. Sehingga dengan tema ini, maka kita harus berkomitmen untuk berjanji kepada diri kita sendiri untuk tidak nekat membuat perilaku seks yang buruk yang akhirnya dapat mengancam diri kita sendiri," jelasnya.
Disamping itu, untuk tema local di Papua adalah kepemimpinan dan penaggulangan HIV/AIDS. Untuk itu, diharapkan di tahun-tahun yang akan datang agar semua pemimpin, baik pemimpin instansi, pemimpin perusahaan BUMN dan BUMD, para pimpinan adapt, agama, beserta para tokoh agama, tokoh masyarakat dan tokoh perempuan, dan seluruh pimpinan yang ada, agar ikut membicarakan bahaya HIV/AIDS. Sehingga kedepan penyebaran penyakit ini akan dapat ditekan sesuai dengan harapan bersama. **