Jayapura-Menurut data Dinas Kesehatan Provinsi Papua, disinyalir, Puskesmas di Papua, masih berkekurangan sekitar 60 persen tenaga dokter. Dari data terakhir terkuak, hanya sekitar 40 persen tenaga dokter yang aktif dari sebanyak 270 Puskesmas yang ada di Kabupaten/Kota se-Papua. Itu artinya, pelayanan kesehatan di daerah perkampungan maupun pedesaan, belum dilakukan secara optimal oleh Pemerintah Daerah, baik provinsi maupun kabupaten/kota. Karena, dari 270 Peskesmas yang ada di Papua, ada sekitar 100-an lebih puskesmas yang belum ditangani langsung oleh dokter.
Hal seperti ini, tentunya sungguh ironis dan memprihatinkan, pasalnya dalam beberapa pekan kebelakang, banyak timbul berbagai kasus penyakit, bahkan ada yang jiwanya harus terenggut. Contohnya, penyakit muntaber di Wamena, yang hingga saat ini telah berstatus Kejadian Luar Biasa (KLB), dengan jumlah pasien yang terkena wabah ada sekitar 1000-an jiwa dan sekitar 100-an lebih jiwa meninggal dunia.
Selain itu, ada penyakit campak di Asmat, kemudian, kasus kekurangan pangan di Yahukimo, dan kasus-kasus lainnya yang memberikan kesan bahwa lambatnya penanganan masalah kesehatan dari Pemerintah Daerah.
Kepala Dinas Kesehatan Provinsi Papua, dr. Tigor Silaban yang dikonfirmasi wartawan, mengakui, masih terdapat sekitar 60 persen tenaga dokter yang dibutuhkan untuk memenuhi seluruh jumlah Puskesmas yang ada di Papua.
Tigor mengatakan bahwa seyogyanya jumlah Puskemas yang ada, harus terisi seluruhna dengan tenaga dokter. Sehingga pelayanan kesehatan akan benar-benar optimal, tepat sasaran dan sesuai dengan yang diharapkan. ?Jadi dokter yang kita punya itu hanya sekitar 40 persen dari 270 Puskesmas yang ada di Papua. Menurut saya idealnya dari 270 Puskesmas kita membutuhkan 60 persen lagi, dalam artian jumlah Puskesmas yang ada harus terisi dengan dokter, agar pelayanan kesehatan bisa maksimal dilakukan,? paparnya..
Menurut buku 50 Indikator Indonesia Sehat 2010, lanjutnya, dibutuhkan sekitar 40 dokter per 100.000 jumlah penduduk. Artinya dengan besaran jumlah penduduk yang ada di Papua, yaitu kurang lebih 2,5 juta penduduk, maka Papua membutuhkan sekitar 800-an dokter untuk menangani masalah kesehatan di Papua, "Kita di Papua ini jumlah puskesmas hanya mencapai 270 puskesmas, dan tersebar di kecamatan-kecamatan, namun dari sejumlah puskesmas tersebut, dokternya tidak ada dan ini cukup memprihatinkan,?ungkapnya.
Menurut Tigor, Puskesmas adalah pintu awal pemberian pelayanan kesehatan kepada masyarakat, sehingga Puskesmas merupakan aset berharga yang potensial untuk dimaksimalkan perannya. Selain itu, pelayanan kesehatan yang ada, selain mudah dijangkau oleh berbagai strata masyarakat, haru pula harus meliputi upaya pencegahan preventif dan bukan hanya sekedar pemberian pengobatannya saja.
Terkait dengan itu, tambahnya, bahwa, terjadinya wabah-wabah di kampung-kampung, karena kurangnya pengoptimalan Puskesmas di daerah-daerah. Sehingga demikian, pihaknya berharap ada perhatian serius dari Pemerintah Kabupaten/Kota se-Papua, untuk mengaktifkan dan mengisi setiap Puskesmas dengan tenaga dokter di masing-masing wilayahnya. Karena, apabila akan ada indikasi berjangkitnya wabah, tentunya dapat segera dilakukan pencegahan oleh para tenaga dokter yang ada di Puskesmas.**