Pemerintah Provinsi Papua melalui dinas
kesehatan menyebut sekitar tiga kabupaten di bumi cenderawasih, kini layak
dikategorikan sebagai Kejadian Luar Biasa (KLB) demam berdarah dengue (DBD)
karena telah mengalami peningkatan kasus diatas dua kali lipat.
Hal ini disampaikan Kepala Bidang Pemberantasan Penyakit
Menular (P2M) Dinas Kesehatan Papua, Aaron Rumainum di
Jayapura, Selasa (12/2).
“Dari pengamatan kami ada peningkatkan kasus dua kali lipat
lebih di tiga daerah itu. Sehingga sudah bisa dikatakan KLB. Tiga daaerah itu
yakni, Kota Jayapura, Kabupaten Biak Numfor dan Asmat,” terang ia.
Menurut ia, saat ini Dinas Kesehatan Provinsi Papua telah
mencatat sebanyak 125 kasus demam berdarah dengue di terjadi sepanjang Januari
– Februari (saat ini). Dari 125 kasus itu, dua penderita diantaranya meninggal
dunia.
Adapun ratusan kasus DBD itu terjadi di Kabupaten Biak
Numfor sebanyak 40 kasus, Merauke 22 kasus, Kota Jayapura 19 kasus, Nabire 8,
Mimika 8 kasus, Asmat 11 kasus, Boven Digoel 16 kasus dan Kabupaten Sarmi 1
kasus.
“Penderitanya didominasi balita hingga anak-anak dengan
rentang usia antara 2 hingga 15 tahun. Meningkatkan kasus DBD ini disebabkan
pengaruh musim hujan yang terjadi di wilayah Papua sejak akhir tahun 2018.
Bahkan, lanjutnya, tiga Provinsi di Indonesia yakni NTT, Sulawesi Utara dan
Kalimantan Tengah telah menyatakan status KLB demam berdarah.
“Yang pasti, penyakit ini disebabkan nyamuk aedes aegypti yang
membawa virus dengue penyebab demam berdarah menyukai daerah lembab. Nyamuk ini
akan menghisap darah manusia untuk mematangkan telurnya, kemudian dalam dua
hari telurnya akan keluar dan menetas lalu menjadi nyamuk dewasa dalam
seminggu,” terang ia.
Dia tambahkan, saat ini sudah melakukan langkah penanganan
dan pencegahan penyebarluasan DBD di delapan daerah itu. Di antaranya dengan
mendistribusikan peralatan fogging dan alat Rapid Test untuk memeriksa demam
berdarah secara cepat.
“Sebenarnya sejak desember kami sudah mulai melakukan
penyemprotan fogging di Asmat, Nabire dan Merauke. Disamping itu, kami juga
mendatangkan 100 alat Rapid Test dari Kementrian Kesehatan dan sudah dibagi ke
delapan daerah itu.”
“Namun perkembangan penyakit ini karena cuaca hujan terus
menerus tapi juga karena perilaku manusia. Namun kita terus berupaya menekan
bahkan sudah menyurat ke Dinas Kesehatan di masing-masing daerah yang terserang
DBD untuk melakukan upaya penanganan dan
pencegahan penyebarluasan DBD,” pungkasnya.