Presiden selama tiga hari di Papua hanya akan ke Kurima dan Pasema, Yahukimo.
"Banyak warga saya yang telah berjalan beberapa hari ke Dekai karena mendengar rencana Presiden akan datang berkunjung. Terus terang kami kecewa. Warga bisa diberi pemahaman pembatalan karena cuaca, tetapi kami khawatir dicap pembohong," ujar Bupati Yahukimo, Hones Pahabol, di Wamena, Jayawijaya, Papua, Kamis (27/7) pagi.
Hones mengemukakan, Kurima dan Pasema merupakan wilayah Yahukimo yang dimekarkan dari Jayawijaya tahun 2001. Akan tetapi, ibukota Yahukimo adalah Dekai. Menurut warga, jika Presiden ke Yahukimo tanpa ke Dekai, kunjungan kerja itu dirasakan belum lengkap. Mengenai pembatalan kunjungan kerja Presiden ke Dekai, Hones mengaku belum mendapat penjelasan resmi dari Istana Kepresidenan. Hones menduga, pembatalan disebabkan karena kendala cuaca yang berubah-ubah dan berbahaya untuk penerbangan ke Yahukimo dari Wamena.
Pengalaman tim pendahulu, penerbangan ke Dekai mungkin dapat dilakukan, akan tetapi tidak bisa dipastikan Presiden bisa kembali ke Wamena pada hari yang sama. Yahukimo hanya bisa ditembus melalui udara dengan helikopter sebelum siang. Setelah itu, kabut tebal akan menutup wilayah pegunungan Jayawijaya ini.
Seperti, Kamis pagi ini, dari Bandara Wamena, pegunungan di Kabupaten Yahukimo tertutup kabut tebal. Rencana pertama ke Pasema untuk panen ubi jalar (hipere) ditunda sampai cuaca menjadi lebih baik untuk keselamatan penerbangan.
Kondisi terisolir seperti ini yang memperparah dampak kerawanan pangan karena gagal panen ubi jalar yang kerap terjadi. Selian terisolir, jalur komunikasi juga sangat terbatas sehingga informasi kelaparan kerap terlambat didengar dan ditangani. Enam bulan lalu, karena kelaparan, 83 warga Yahukimo meninggal dunia.
Panen ubi jalar di Pasema dilakukan sebagai tanda berakhirnya masa tanggap darurat di Yahukimo oleh Tim Interdep yang diketuai Rizal Mallarangeng. Selama enam bulan masa tanggap darurat, dikucurkan dana Rp 65 milyar.