Dinas Kelautan dan Perikanan Provinsi Papua menyampaikan ancaman kerusakan ekosistem terumbu karang di Bumi Cenderawasih, yang secara perlahan mulai berdampak pada kecepatan abrasi pantai yang terus bertambah.
Kerusakan terumbu karang juga berpotensi berdampak dari segi ekonomi dengan berkurangnya tangkapan ikan bagi nelayan serta pariwisata dimana berkurangnya objek wisata.
Oleh karenanya, dia mengingatkan masyarakat agar mulai ikut menjaga kelestarian ekosistem laut dengan tidak membuang sampah serta melakukan perburuan ikan tanpa merusak terumbu karang.
“Sebab penyebabnya rusaknya terumbu karang di Papua tentu saja beragam, namun yang paling besar pengaruhnya adalah akibat ulah manusia,” ucap Kepala Bidang Pengolahan dan Pemasaran Hasil Perikanan, DKP Papua, Iman Djuniawal, Minggu (23/8/2020).
Dikatakan, yang paling merusak ekosistem terumbu karang di Papua saat ini adalah perilaku membuang sampah plastik ke laut.
Jika tidak dihentikan, maka bukan tidak mungkin dalam beberapa tahun kedepan, ekosistem terumbu karang di seluruh Papua akan mengalami kerusakan total.
“Makanya, kesadaran masyarakat untuk membuang sampah plastik pada tempatnya ini harus terus sosialisasikan. Karena sampah plastik itu menyebabkan terjadinya pemutihan karang”.
“Karang ini kan hidup dari pori-pori. Jika pori-pori ini tertutup plastik, tentu karang tidak mampu bernapas sehingga akan mati. Makanya kita perlu mencegah supaya sampak plastik tak dibuang ke laut,” harapnya.
Secara khusus menilai terumbu karang di perairan Kota Jayapura, Iman katakan telah mengalami kerusakan yang juga diperparah oleh aktifitas penggunaan bom ikan. Kendati sudah ada upaya yang dilakukan instansi terkait guna merehabilitasi terumbu karang yang rusak, namun perlu dibentuk tim khusus melakukan memonitoring perkembangan terumbu karang itu.
“Memang sudah ada beberapa titik yang direhabilitasi. Tapi ini juga perlu perawatan, sebab kalau tanam saja tapi tidak dirawat itu bisa kurang maksimal. Kemudian yang penting harus ada tim yang memonitoring secara rutin, karena karang yang masih muda ini sangat rentan rusak kembali,” tandasnya.