Man, Money & Mobility atau popular disebut 3M dipercaya sangat berpotensi menularkan virus mematikan HIV/AIDS kepada orang lain, yang saat ini di Papua tertinggi pada ibu-ibu rumah tangga. 3M ini menurut penelitian pakar-pakar yang bergerak didalam bidang penanggulangan HIV/AIDS dunia dan Komisi Penanggulangan AIDS (KPA) di Indonesia, merupakan indokator utama penyebar virus mematikan dari tubuh yang satu ke tubuh yang lain. Salah satu fenomena mengapa sampai ibu rumah tangga banyak sekali terjangkiti virus mematikan ini, terungkap pada Diskusi Forum Agama tentang penanggulangan HIV/AIDS di Youtefa View Hotel, Jayapura, Kamis (24/8) kemarin, yakni pemekaran wilayah. Mengapa ? menurut Ketua KPA Papua, drh. Constant Karma, pemekaran wilayah berujung pada mengalirnya sejumlah dana ke wilayah kabupaten tersebut, hingga HIV/AIDS yang dulunya baru ada di daerah perkotaan, kini sudah masuk hingga keseluruh pelosok-pelosok pedesaan diseluruh kabuopaten se-Papua.
Teori tersebut tentunya sangat beralasan dan sejalan dengan inisiatif Presiden Susilo Bambang Yhudoyono beberapa waktu lalu, yang menunda permintaan pemekaran diberbagai wilayah. Permintaan untuk tidak dimekarkannya suatu wilayah juga pernah dilontarkan salah satu Anggota KPA sewaktu Karma menjabat sebagai Wakil Gubernur.
Hal ini, berarti Money atau uang sangat berpotensi menyebarkan AIDS. Karena tingkat penyebaran virus mematikan ini di Papua dalah melalui hubungan seks. Dan indicator penyebarnya terbanyak ada pada pria. Pendek kata bahwa akibat ada kesempatan dan uang, maka banyak terjadi transaksi seks di lokalisasi, seks jalanan dan lainnya tanpa menggunakan alat pengaman.
Setelah itu, usai melakukan seks diluar tanpa pengaman, kembali melakukan seks dengan dengan istri dirumah, maka jelaslah sudah jawaban mengapa para ibu-ibu rumah tangga tertinggi terinveksi HIV. Karena sudah jelas juga saat berhubungan seks dengan istri sudah barang tentu tidak akan menggunakan pengaman atau kondom. Menurut Karma, teori demikian tentunya sangat kuat bahwa pria, uang dan kekuasaan sangat melekat dengan penyebab penyebaran virus mematikan ini. Dengan demikian, diperlukan gerakan masal secara menyeluruh untuk menekan tingkat penyebaran penyakit ini. Dikemukakan Karma, hal lain yang telah dibuat KPA Papua untuk menanggulangi tingkat penyebaran HIV pada ibu rumah tangga adalah dengan mencoba untuk mengenalkan pemakaian kondom bagi kaum perempuan. Ini diharapkabn bisa popular, karena penggunaan kondom menurut penelitian
tidak akan terinveksi HIV.
Disamping itu, KPA akan lebih memfokuskan diri untuk melakukan sosialisasi, pemberian pemahaman dan berbagai pendekatan ditempat-tempat yang biasanya digunakan sebagai perkumpulan bangsa laki-laki, baik di kantor, pelabuhan, asrama lokalisasi dan tempat lainnya, guna menekan penyebaran penyakit ini. Dalam kesempatan tersebut, Karma mengakui banyaknya kekurangan KPA dalam penanggulangan HIV/AIDS di Papua. Namun, pihaknya akan berupaya untuk menekan angka penyebaran penyakit ini. Karma juga berharap melalui diskusi dengan pihak agama ini, agar para tokoh agama kedepan mau mengundang para ODHA atau orang dengan HIV/AIDS untuk diajak diskusi, sehingga para ODHA di kemudian hari bisa lebih membuka diri dan diterima oleh masyarakat. “Jadi Banyak sekali kekurangan kami, baik dari segi kekompakan ya. Contohnya, kan anggotannya KPA itu Kepala Dinas banyak sekali, tetapi sewaktu saya Wagub mereka saya undang tidak pernah datang apalagi saya sekarang sudah tidak Wagub. Paling-paling datang Cuma Kepala Dinas Kesehatan dan Kepala Dinas Sosial, DPRP juga sama. Ya itu contoh.
Sedangkan dana juga tergolong tidak cukup. Bayangkan kami tahun 2005 bayangkan urus seluruh hal terkait dengan HIV di 29 Kabupaten/Kota kami hanya diberikan dana Rp. 2 milyar. Coba bayangkan saja apa yang bisa kami muat. Sebelumnya tahun 2004 Rp. 4 milyar yang sudah termasuk sosialisasi dan pengambilan darah di beberapa kabupaten, beli antigen atau untuk tes
dan berbagai kegiatan lainnya. Apakah itu cukup,” serunya bertanya-tanya.