Pasca aksi damai ribuan warga Paniai, situasi Kota Timika, Papua, Sabtu (2/9) malam, berangsur-angsur normal. Massa sudah kembali ke rumah masing-masing setelah berdialog dengan Bupati Mimika Klemen Tinal serta aparat keamanan. Meski suasana sudah normal, warung, dan toko belum dibuka karena warga takut ada aksi susulan.
Sebelumnya tadi pagi pukul 09.00 WIT, ribuan warga Paniai berkumpul di lapangan Kota Timika untuk protes. Sebab seorang dari mereka menjadi sasaran panah saat bentrokan kubu Mekome Murib dengan Elminus Mom berlangsung. Selain itu, massa juga menuntut pemerintah daerah setempat dan aparat keamanan agar serius menangani proses perdamaian terkait pertikaian di Kwamki Lama. Warga Paniai kemudian melanjutkan aksi menuju Kwamki Lama untuk meminta pertanggungjawaban dari pihak-pihak yang berseteru. Tetapi ditengah jalan entah siapa yang memulai, massa melempari Gedung DPRD Mimika serta merusak gedung serba guna milik pemerintah daerah setempat. Diduga, ada beberapa orang dalam keadaan mabuk pada saat konvoi damai. Aksi ini baru bisa dihentikan setelah sesepuh warga Paniai turun tangan. Tidak ada korban jiwa dalam peristiwa ini.
Sementara situasi di Kwamki Lama sampai kini masih mencekam. Upaya perdamaian yang dilakukan pemerintah daerah setempat dan Kepolisian Resor Mimika tadi siang gagal. Kedua kelompok kembali bertikai. Bentrokan ini menggangu aktivitas warga setempat dan melumpuhkan perekonomian. Bahkan polisi melarang seluruh kendaraan keluar masuk ke daerah Kwamki Lama. Bentrokan ini menyebabkan sekitar 20 rumah rusak dan sejumlah sekolah, pusat kesehatan masyarakat, serta toko-toko tutup. Sebagian warga juga kembali mengungsi ke gereja-gereka karena ketakutan. Pertikaian antara kubu Mekome Murib dan Elminus Mom mengakibatkan puluhan korban di rawat di Rumah Sakit Mitra Masyarakat Timika. Sebagian warga terluka karena terkena panah, tombak, serta parang. Saat ini masih ada ratusan warga lainnya yang terperangkap di lokasi bentrokan
Ketika dikonfirmasi, Wakapolda Papua Brigjen Pol. Max Donal Aer, membenarkan terjadinya peristiwa itu, Sabtu. "Namun, tampaknya sudah tak mungkin lagi didekati dengan pendekatan adat, dan harus sudah dilakukan dengan pendekatan hukum. Sebab kalau tetap dilakukan dengan pendekatan adat maka persoalan ini akan berlarut-larut lagi," tegas Max Donal Aer. Menyinggung soal korban yang jatuh dalam aksi peperangan antar warga suku di Timika itu, Wakapolda Papua mengatakan dirinya belum menerima laporan secara rinci.
Sumber di Timika menyebutkan, kendati korban tewas belum diketahui secara pasti, namun korban luka-luka dalam peristiwa perang suku Sabtu itu dapat mencapai lebih dari 200 orang. Peristiwa perang antar suku yang kembali terjadi itu lebih diakibatkan oleh proses perdamaian adat yang belum tuntas dilaksanakan pada 15 Agustus lalu. Perang antar warga suku di Timika itu kembali berkecamuk Jumat (1/9) karena ada seorang isteri dari anggota Koramil Mimika Baru, Betseba W, mengalami luka-luka akibat diterjang anak panah yang datangnya dari orang tak dikenal pada Kamis malam lalu (31/8). Keesokan harinya, warga suku di Kampung Kwamki Lama Tengah melakukan penyerangan ke arah warga Kampung Kwamki Lama Bawa hingga berakhir dengan tewasnya dua warga, dan belasan rumah lainnya hangus terbakar, serta puluhan warga lainnya mengalami luka-luka diterjang panah.
Sementara itu, mulai pukul 00.00 WIT (03/09/06) polisi akan memberlakukan status Siaga I di Kota Timika. Persiapan pemberlakukan status ini terlihat dari banyaknya aparat kepolisian yang berjaga-jaga di tempat-tempat yang dianggap rawan.