Ia bahkan menduga merebaknya perang saudara di Timika itu, kemungkinan disebabkan orang ketiga atau ada orang yang sengaja memprovokasi. "Saya prihatin, kok bisa terjadi seperti ini, padahal masa untuk orang berperang antar suku satu dengan suku lainnya sudah lama berlalu. Kini masanya orang hidup damai untuk berkarya dan membangun. Namun, yang terjadi di Timika ini, saya sendiri tidak mengerti, apakah ada yang memprovokasi?" ujar Hana dengan nada tanya di sela-sela peresmian Taman Bacaan Masyarakat, di Kampung Waya Distrik Depapre.
Dikatakan Hana Hikoyabi, bahwa untuk mengetahui penyebab atau latar belakang timbulnya perang saudara di Timika ini, MRP sudah mengirim 2 orang ke sana. Kedua utusan MRP ke Timika masing-masing Adolof Kogoya dan Alfius W, yang diharapkan bisa melihat dari dekat, menganalisa dan mencari solusi terbaik untuk memecahkan persoalan perang saudara itu. "Persoalan ini, memang perlu dikaji dengan baik, kalau ini murni karena persoalan pribadi, yang menyangkut adat isti adat masyarakat setempat yang sudah turun temurun, dimana untuk mempertahankan sesuatu yang menjadi miliknya dari tangan orang lain, atau menjaga harga diri mereka dari kelompok lain, mereka harus berperang dengan menggunakan senjata tajam, baik berupa anak panah, kampak, parang , pisau atau senjata tajam lainnya,"katanya.
Namun kalau tidak murni lanjutnya, seperti ada orang yang memprovokasi agar kedua suku bisa berperang, maka inilah yang dikhawatirkan dan jadi pertanyaan. Hana yang juga Ketua Yayasan Lembaga Pelayanan dan Pemberdayaan Anak Papua ( YLP2AP ) ini, mengatakaan, bahwa secara umum di Papua, memang memiliki budaya dan adat istiadat yang berbeda-beda. Ada yang menyelesaikan suatu perkara dengan cara damai tanpa perang, namun ada yang menyelesaikan suatu perkara dengan cara berperang, dan siapa yang menang, dialah yang berkuasa. Adat istiadat ini yang harus menjadi tolak ukur, bagi kita untuk melihat bersama, apa sebenarnya yang harus di perbaiki dan diluruskan.
"Saya berharap, agar Pemerintah setempat, baik Eksekutif maupun Legislatif dan pihak Kepolisian, untuk mengajak pihak adat, dalam hal ini Dewan Adat setempat maupun Tokoh Agama untuk duduk bersama, dan membicarakan apa yang seharusnya dilakukan, agar tidak lagi terjadi hal-hal yang mengorbankan jiwa manusia," ujar Hana Hikoyabi. Apalagi Kubu Kwamki Lama Bawah, Kwamki Lama Tengah, dan Kwamki Lama Atas tak ingin larut dalam ketegangan. Mereka berharap perdamaian di antara mereka terwujud. Kondisi itu yang diharapkan Yakobus Kogoya, Panglima Perang Kwamki Lama Bawah dan Panglima Perang Kwamki Lama Tengah, Elminus Mom. "Tetap kami inginkan perdamaian. Persoalan ini juga, lanjut Hana, kiranya tidak hanya menjadi tanggung jawab aparat kepolisian, tetapi kiranya harus menjadi perhatian kita semua di Tanah Papua ini, baik Pemerintah Provinsi Papua, DPRP dan seluruh masyarakat, agar mendorong terciptanya situasi keamanan yang kondusif di Timika dan sekitarnya