Pertemuan bilateral antara delegasi Indonesia dan Singapura, di Istana Singapura, Senin (4/9) sore, adalah untuk mengetahui laporan komisi kerjasama dan Joint Working Group dalam kerjasama pengembangan Kawasan Ekonomi Khusus (KEK) Batam-Bintan-Karimun, perjanjian ekstradisi, dan perjanjian kerjasama pertahanan. Hal ini dikatakan Presiden SBY, Senin (4/9) malam, dalam penjelasan persnya di Hotel Shangri-La Singapura. Menurut Presiden SBY, tim gabungan ini telah melakukan pertemuan yang menggembirakan dan telah melangkah secara cekatan untuk segera menyiapkan kondisi yang baik bagi tumbuhnya kegiatan usaha di KEK. "Road map telah disusun, aksi apa saja akan dilaksanakan dalam rangka pengembangan KEK itu, lalu juga telah dibangun proses perijinan maupun hal-hal yang berkaitan dengan usaha di KEK, apakah imigrasi, perpajakan, bea cukai, investasi, dan lain-lain," Presiden menjelaskan.
Presiden SBY berharap, apabila semuanya itu telah berjalan dengan baik, maka akan ada peningkatan daya saing KEK dibandingkan kawasan serupa di negara lain. "Kita juga telah memilih dua sektor unggulan, tekstil dan elektronik, yang tentunya dengan kapasitas yang ada, infrastruktur yang ada, diharapkan bisa berkembang lebih baik lagi di KEK tersebut," Presiden menambahkan. Soal perjanjian ekstradisi dan perundingan untuk kerjasama pertahanan, Presiden telah mendapat laporan yang memgembirakan. Tinggal ada sedikit permasalahan perlu dibicarakan lebih intens dan aktif lagi untuk memformulasikan mana yang terbaik bagi kedua negara.
Presiden mengharapkan, dalam waktu tidak terlalu lama, tim bisa segera bertemu kembali. "Mudah-mudahan beberapa bulan ke depan sudah dapat kita rampungkan, dengan demikian satu tahap kita bisa capai dalam kerjasama bilateral ini," ujar Presiden. Pembicaraan soal perjanjian ekstradisi antara Indonesia-Singapura sudah digagas sejak 31 tahun lalu. Tapi terjadi kemandekan. "Baru tahun lalu kita hidupkan kembali dengan intensitas yang tinggi, dengan harapan kita miliki perjanjian ekstradisi itu," lanjut Presiden SBY. “Demikian juga dengan kerjasama pertahanan, harus kita perbaruhi. Kita pertimbangkan secara seksama elemen-elemen yang masuk dengan harapan kedua belah pihak mendapatkan keuntungan dalam kerjasama pertahanan ini," kata Presiden.