Cinta dan kasih sayang menjadi barang yang langka bagi seorang anak yang bernama Endang. Ia kehilangan ayahnya, saat usianya masih belia. Sementara ibunya, jauh lebih mengutamakan klien bisnisnya ketimbang darah dagingnya sendiri. Hasilnya bisa ditebak. Endang menjadi manusia yang kesepian. Keinginannya untuk bisa bersama dengan sang ibu selalu saja kandas. Nico, seorang kurir loundry langganan ibunya, justru telah membuatnya terpikat. Darinya ia mendapatkan perhatian dan kasih sayang. Cinta pun tumbuh karenanya. Awalnya memang sebatas simpati, tapi lama berselang perasaan itu akhirnya datang. Sebuah cinta yang tak biasa itu hadir. Bagaimana tidak, Endang bocah seumur jagung itu, telah jatuh hati pada lelaki dewasa.
Sulit bagi Endang menyampaikan perasaan itu. Tapi gelagat itu sudah terasa. Bocah berusia 12 tahun itu pun bermetamorfosa bak seorang wanita dewasa. Bibirnya kini dilapisi gincu merah merona, berdandan menor dan seksi menggoda. Inilah bentuk ekpresinya menarik minat Nico. Lama dipendam, Endang tak bisa menahan perasaan itu. Sebuah kata pun akhirnya terlontar dari mulutnya: "I love you, Om..." ungkap Endang sambil menyodorkan sekuntum bunga segar. Mendengar kalimat itu, Nico terdiam. Ia kikuk, bingung dan linglung seperti kehilangan kata-kata. Entahlah! Tapi dari Endang, justru ia menemukan cinta yang sesungguhnya. Rasa sakit setelah dikhianati kekasihnya Citra, telah membuatnya gamang. Endang memang bukan anak biasa. Dia anak orang kaya. Lahir di Amerika, namun pindah ke Tanah Air setelah ayahnya meninggal saat usianya lima tahun. Anaknya cerdas, pintar dan cukup berani mengekspresikan perasaanya. Termasuk ketika ia melontarkan kekecewaanya kepada sang ibu yang jarang di rumah.
Inilah kisah yang sarat dengan bumbu psikologi. Tak sebatas hubungan antara ibu dan anak, tapi juga telah merambah jauh ke luar rumah. Adakah cinta Endang kepada Nico sebuah cinta terlarang. Sebuah fenomena yang langka tapi memang terjadi di negeri ini. Lewat I Love You Om..., realita ini berdasarkan kisah nyata yang ada di masyarakat. Psikolog Tika Bisono berkata, "Ini sebuah peringatan buat orang tua," katanya. Ya, meski kondisi ini memang jarang terjadi di Indonesia. Namun bukan berarti masyarakat tidak perlu diingatkan. Dari kisah ini, setidaknya ada hal yang patut dipetik. Apa yang dialami Endang adalah sebuah pemberontakan dalam mencari kasih sayang. Cinta dan kasih sayang, seolah menjadi barang yang langka baginya. Kehilangan sosok ayah begitu mendominasi. Perasaan itu kian bertambah justru ketika si ibu lupa akan tugasnya sebagai ibu. Klien menjadi prioritas ketimbang anak semacam Endang.
Berdalih demi mencari uang untuk menopang hidup, bukan alasan yang tepat. "Tak usah mengklaim diri sebagai orang tua kalau tak mengerti tugas. Orang tua harus tahu bahwa klien paling utama adalah anak. Raja dari segala klien ya anak," kata Tika Bisono.