"Sampai sekarang kami masih terus melengkapi sistem persenjataan di pesawat tempur Sukhoi guna memaksimalkan dukungan pertahanan udara kita," kata Kepala Staf Angkatan Udara (Kasau) Marsekal TNI Herman Prayitno di Kediri, Jawa Timur, Minggu (10/9). Lebih lanjut, dia mengungkapkan pengadaan senjata pesawat tempur Sukhoi merupakan kewenangan penuh Panglima TNI. "Sedang kami hanya menyerahkan daftar jenis-jenis senjata yang dibutuhkan pesawat tempur Sukhoi," ujarnya saat ditemui dalam acara Reuni Akbar ke-60 SMA Negeri 1 Kediri itu. Sukhoi yang dioperasikan TNI-AU sejak 2004 lalu merupakan jenis pesawat tempur generasi terbaru, bahkan pasukan angkatan udara Rusia pun ternyata belum mengoperasikan jenis ini. Pesawat tempur yang dijuluki Flanker ini adalah jenis Sukhoi Su-27 SK Upgrade dengan sepasang mesin masing-masing berdaya dorong 12.550 kilogram jenis Lyulka AL-31F.
Kelebihan pesawat tempur jenis dilengkapi dengan Infra Red Search and Track (IRST) berupa bola kaca di depan kokpit, yang mampu mengendus sasaran sejauh 70 kilometer. Perlengkapan ini tidak dimiliki pesawat tempur lainnya di beberapa skadron TNI-AU sampai sekarang ini. Kepala Dinas Penerangan Mabes TNI AU Kolonel (Pnb) Daryatmo di Jakarta belum lama ini mengatakan, beberapa senjata yang kini mulai ditempelkan di tubuh keempat unit Sukhoi milik TNI AU antara lain rudal Cannon dan pada akhir 2006 nanti akan segera dilengkapi dengan roket dan misil. Sedangkan untuk sasaran darat pesawat Sukhoi dapat dilengkapi dengan rudal H-31P berjarak jangkau 100 kilometer atau rudal anti kapal jenis H-31A berjarak jangkau 50 kilometer. Dengan kapasitas bahan bakar seberat 6.000 kilogram pesawat ini mampu mengadakan patroli sejauh 1.500 kilometer dari pangkalan tolak atau terbang selama empat jam.
Ia menambahkan, Sukhoi rencananya akan mengusung rudal udara AA-12 Adder yang mampu menjelajah sejauh 50 kilometer melebihi AMRAAM yang hanya 40 kilometer atau pun rudal udara jenis R-73 yang mampu menembak pada sasaran ke arah samping hingga sudut 70 derajat. Seluruh persenjataan itu merupakan senjata udara paling mematikan saat ini, lebih andal dari rudal keluaran Israel jenis Python atau pun AIM-9L/M Sidewinder yang biasa dipakai negara Barat. Untuk meningkatkan kesiapan, Sukhoi telah menjalani test flight secara periodik di sekitar Pangkalan Udara TNI AU di Makassar, bahkan saat terbang di ketinggian sekitar 25.000 kaki itu sempat mengeluarkan "sonic bom" hingga menimbulkan dugaan adanya kecelakaan di sekitar area latihan.