Pilihan untuk menurunkan hujan buatan harus diambil, karena asap pekat baru dapat diatasi jika turun hujan dengan angin yang berembus kuat. Pemerintah pun tidak mungkin menunggu datangnya musim hujan di pertengahan Oktober. ”Dalam waktu lima hari ini, kita akan melakukan evaluasi hujan buatan ini di lapangan. Pesawat Herkules dan beberapa pesawat serta peralatan sudah dikirim ke Sumatera Selatan dan Kalteng. Jadi, beberapa pesawat sudah disiapkan untuk melakukan ’penyemaian’ awan bakal hujan,” ungkap Menteri Kehutanan MS Kaban dalam konferansi pers usai mengikuti rapat yang dipimpin Wakil Presiden Jusuf Kalla di Istana Wapres, Jakarta, Senin (9/10) petang. Menanggapi permintaan Wapres yang dikutipnya itu, Kaban menyatakan, sesungguhnya hujan buatan pun masih harus menunggu dan tergantung pada awan dan uap air di udara, serta suhu permukaan air laut. Termasuk pengaruh cyclon tropis dari Filipina yang menyebabkan awan di kawasan Sumatera dan Kalimantan terbawa ke kawasan Filipina.
”Kalau sekarang masih ada asap, itu harus dimaklumi, karena asap ini--jika sudah mengebul ke atas-- dia hanya bisa hilang kalau ada hujan dan angin yang kuat. Jadi, sekarang ini, akibat akumulasi asap dari titik api beberapa minggu ini, menyebabkan asap bertahan dan dampaknya terkena ke kawasan di atas Kalimantan Tengah seperti Palangkaraya dan lainnya,” ujar Kaban. Kaban mengatakan, pemerintah juga mempersiapkan 10 pesawat helikopter tambahan untuk bom air (water boom) apabila tiba-tiba titik api di sejumlah kawasan meningkat. ”Juga proses penegakkan hukum harus terus dijalankan, kepada pengusaha pemilik HPH. Wapres yang akan meminta Kepala Kepolisian Negara RI, untuk menindak lanjuti lagi pelaku pelanggaran,” kata Kaban.
Titik api
Tentang jumlah titik api yang menjadi penyebab dari asap pekat, Kaban menyatakan, akhir pekan yang lalu, jumlahnya mencapai 6.000 titik api di seluruh Indonesia. Namun, sekarang ini, jumlahnya sudah drastis berkurang. Hanya asapnya yang masih pekat dan menggumpal di udara. ”Hari ini di Kalteng sudah turun di bawah 200 bauh titik api, padahal tiga hari lalu jumlahnya 1.600 dan juga 1.710 titik api. Begitu juga titik api di Sumatera Selatan. Di Sumsel sekarang ini di bahwa 600 titik api,” kata Kaban. Disebutkan Kaban, daerah yang dinilai banyak titik apinya di Sumsel, di antaranya perbatasan Jambi dengan Sumsel. ”Kalau di Sumsel, daerah yang paling tinggi titik apinya adalah Ogan Komering Ilir (OKI),” tambah Kaban.
Khusus untuk Kalteng, lanjut Kaban, selama dua minggu terakhir, memang jumlah titik apinya rata-rata di atas 1.600 buah. Ini disebabkan karena arealnya sangat luas. Tercatat, ada enam kabupaten yang mempunyai titik api. Tiga kabupaten di antaranya, karena adanya pembukaan areal untuk kawasan perkebunan kelapa sawit. ”Daerah yang paling rawan beberapa adalah Kota Waringin Barat dan Kota Waringin Timur serta Seruyan dan Tulang Pisau. Akan tetapi, hari ini, tiga kabupaten itu, sudah padam. Sedangkan yang masih tersisa adalah Kabupaten Tulang Pisau. Ini daerah lahan sejuta gambut itu,” papar Kaban.
Rapat khusus mengenai penanganan asap itu digelar Wapres secara mendadak menyusul asap pekat akibat kebakaran hutan dan lahan yang menganggu jalur penerbangan di Bandara Sulthan Thaha Syaifuddin, Jambi. dan bahkan negara-negara tetangga. Hadir dalam rapat dan keterangan pers itu, Menteri Lingkungan Hidup Rahmat Witoelar dan Kepala Staf Harian Badan Koordinasi Nasional Penaggulangan Bencana Syamsul Muarif, yang dalam waktu dekat akan dilantik menjadi Kepala Pelaksana Harian Bakornas.