Mengingat besarnya potensi lestari sumberdaya ikan di Provinsi Papua, maka sektor kelautan dan perikanan merupakan andalan yang mempunyai kekuatan besar dan peluang untuk terus dikembangkan, sehingga pada akhirnya diharapkan aktivitas ekonomi dalam rangka produksi dan pemasaran produk
Perikanan didaerah Kawasan Timur Indonesia ini dapat menjadi salah satu sumber untuk dapat meningkatkan Pendapatan Asli Daerah (PAD) di Provinsi Papua. Menurut Kepala Dinas Kelautan dan Perikanan (DKP) Provinsi Papua, Ir. Astiler Maharadja, pihaknya terus berupaya untuk menggenjot peningkatan PAD Papua melalui sektor perikanan karena sumber daya perikanan Papua memiliki kekuatan besar dan peluang untuk terus dikembangkan.
Ia menjelaskan sampai akhir tahun 2010 saja, nilai pemanfaatan lahan usaha budidaya walaupun meningkat namun pertumbuhannya masih tergolong rendah, dimana untuk potensi budidaya air tawar yang mencapai 178.786 hektar tapi baru dimanfaatkan sebesar 1.163 Ha (0,65%). Kemudian potensi budidaya payau yang mencapai 42.000 Ha, baru dimanfaatkan sebasar 495,1 Ha (1,17%) sementara potensi budidaya laut yang mencapai 256.800 hektar baru dapat dimanfaatkan sebesar 47,1 Ha (0.18%). Oleh karena itu, kita terus berupaya untuk mengembangkan sektor ini. Tentunya dengan berbagai upaya dan diharapkan kedepan sudah bisa dapat meningkatkan nilai PAD, kata Astiler kemarin. Sementara menyinggung mengenai jumlah nelayan dan pembudidaya ikan di Papua, Astiler mengatakan sampai saat ini mengalami peningkatan yang cukup signifikan dari tahun yang sebelumnya dari 106.808 orang (2008) menjadi 163.420 orang (2009) atau meningkat sebasar 53%. Tapi, kecendrungan penurunan terjadi pada Rumah Tangga Perikanan (RTP), dimana RTP tahun 2008 sebesar 37.686 RTP menurun menjadi 32.773 RTP atau penurunan sebesar 13,04%, yang kemungkinan terjadi akibat alih profesi dari Rumah Tangga Perikanan (RTP) beralih kesektor jasa lainnya, kata dia. Sementara kondisi itu, lanjut Astiler, tidak menyurutkan langkah stekholder perikanan lainnya untuk tetap menggeluti sektor kelautan dan perikanan dalam menjalankan usaha dan mengembangkan produksinya, sehingga pada akhir tahun 2009 diperoleh peningkatan produksi sebesar 1,42% dari 234.641,5 ton (2008) menjadi 237.969,4 ton (2009), yang berasal dari kegiatan usaha penangkapan di laut dan perairan umum serta kegiatan usaha budidaya lainnya, (tabel 6) adapun nilai jual produksi perikanan pada tahun 2009 tercatat mencapai Rp.3.154.011.650.
Sementara soal perkembangan jumlah armada perikanan tangkap di Papua, untuk tahun 2009 sebesar 27.127 unit dan mengalami penurunan sebesar 12,56% dari tahun sebelumnya 31.022 unit (2008). Hal ini disebabkan oleh semakin meningkatnya biaya operasional kegiatan penangkapan dilaut akibat kenaikan harga BBM, sementara jumlah hasil tangkap semakin menurun yang disebabkan kegiatan eksploitasi yang berlebihan menggunakan alat tangkap yang dilarang karena tidak ramah lingkungan.
Akibatnya terjadi kerusakan lingkungan perairan yang menurunkan jumlah populasi ikan dan keadaan ini semakin diperburuk dengan meningkatnya kegiatan ilegal fishing dilaut lainnya. Ini yang tentunya akan menjadi perhatian kita kedepan, sementara beberapa langkah sudah kita ambil dan diharapkan tingkat kerusakan lingkungan perairan kedepan akan bisa kita tekan seminimal mungkin, tutur dia.