Pemerintah Provinsi Papua melalui Dinas Kesehatan mengumumkan pada tahun 2012 angka penderita HIV/AIDS di Papua menembus angka 13 ribu lebih. Ironisnya lagi dari angka tersebut, salah satu penyebab tingginya penyebaran HIV/AIDS di Papua adalah akibat hubungan seks bebas sementara mayoritas pihak yang terinfeksi adalah para Ibu Rumah Tangga (IRT).
Kendati berbagai upaya, penanganan maupun pencegahan dilakukan oleh Komisi Penanggulangan AIDS Papua, namun angka ini diprediksi akan terus meningkat bila tak ada satu terobosan besar yang dilakukan.
Menyikapi penyebaran HIV/AIDS yang terus menanjak di Papua, Plt Gubernur Papua drh. Constant Karma yang juga selaku Ketua Komisi Penanggulangan AIDS Provinsi Papua mengatakan perlu ada satu tindakan untuk mencegah penyebaran virus mematikan ini. Salah satu cara untuk menekankan epidemi ini adalah melalui sirkumsisi atau sunat.
"Yang menurut penelitian bisa mengurangi penularan HIV/AIDS 76 persen pada resiko berhubungan seks bebas,â€jelas dia pada acara seminar sehari tentang kesehatan reproduksi wanita, bertempat di Sasana Krida kantor Gubernur, Sabtu pekan kemarin.
Dia mengatakan, sejak tiga tahun kemarin pemerintah tengah gencar-gencarnya melakukan sosialisasi tentang pentingnya sirkumsisi sebagai salah satu langkah besar untuk mencegah penyebaran HIV di Papua yang lebih banyak disebabkan oleh hubungan seks.
Pria kelahiran Biak ini bahkan secara lantang berani "adu argumentasi" dengan tokoh agama yang menantang pemberlakuan sirkumsisi untuk kampanye HIV/AIDS. "Ini (sirkumsisi) kan bukan masalah agama, melainkan masalah kesehatan dan apabila seseorang yang beragama Kristen disurkumsisi bukan berarti dia sudah masuk agama Islam".
"Sebagai contoh saudara-saudara kita yang berasal dari Toraja mereka juga melakukan sirkumsisi secara turun temurun. Padahal gerejanya sama persis dengan gereja di Papua," jelasnya.
Masih menurut Karma, ide sirkumsisi untuk mencegah penyebaran HIV sebenarnya muncul pada tanggal 28 Maret 2007 saat dilakukan pertemuan tenaga ahli kedokteran yang diselenggarakan WHO dan UNAIDS, dimana menghasilkan pernyataan bahwa telah ada bukti Sirkumsisi (sunat) pada pria dapat menurunkan resiko terinfeksi HIV akibat berhubungan seks yang heteroseksual hingga 60 persen. Fakta baru ini kemudian diangkat ke sejumlah daerah sehingga dianggap positif segi kesehatan untuk diterapkan kepada masyarakat luas.
"Karena itu kita sedang memesan alat untuk melakukan sirkumsisi dan diharapkan sudah bisa tiba dalam waktu cepat sehingga bisa segera diperkenalkan pada masyarakat. Alat ini mudah dipasang dan dilepas sehingga diharapkan bisa populer supaya tujuan pencegahan terhadap penyebaran HIV/AIDS di Papua bisa terlaksana sebagaimana mestinya," tuntasnya.