Gubernur Provinsi Papua Lukas Enembe, SIP,MH menugaskan Dewan Kesenian Tanah Papua untuk segera mematenkan seluruh seni budaya di negeri ini agar tidak diklaim oleh negara lain (tetangga) yang dikenal masih serumpun karena merupakan ras melanesia. Hal demikian sebagaimana penegasan Gubernur Papua usai melantik
pengurus DKTP periode 2014-2019, bertempat di Aula Kantor Dinas Pekerjaan Umum (PU) Provinsi Papua, Selasa (15/4). “Jadi, hari ini saya tugaskan kepada Dewan Kesenian untuk segera menata potensi kekayaan budaya kita, baik seni pahat, seni tari atau seni apa saja, termasuk sanggar-sanggar yang dimilik kelompok dan keluarga agar ditata dengan baik. Dan saya tugaskan untuk dipantenkan segera jangan sampai orang lain datang (klaim),†katanya.
Sementara untuk mendukung Dewan Kesenian Tanah Papua, lanjut Lukas, pihaknya akan mengupayakan untuk membangun kantor Dewan Kesenian yang parmanen dan lebih baik agar kinerja pengurus kedepan dapat lebih maksimal. “Sebab untuk melakukan tugas besar itu maka para pengurus harus memiliki sarana penunjang yang baik pula,†jelasnya. Dalam kesempatan itu, Gubernur meminta agar Dewan Kesenian Tanah Papua membuat asesoris cenderawasih imitasi, sehingga tak harus membunuh burung cenderawasih yang merupakan burung “surga†serta habitat aslinya di Provinsi Papua. “Sebab kalau dibiarkan begini terus maka akan habis (burung cenderawasih,red). Maka itu, ini harus dihentikan karena akan membahayakan dan menyebabkan kepunahan burung ‘surga’ itu.
Sementara itu, Dewan Kesenian Tanah Papua menyatakan siap melaksanakan amanat Gubernur yang ditujukan kepada pengurus. Ketua Umum Dewan Kesenian Tanah Papua, Nomensen Mambraku menyatakan pihaknya siap melakukan langkah-langkah strategis guna mengupayakan penggalian, pengembangan dan perlindungan terhadap potensi seni budaya Papua. “Termasuk mensinergikan berbagai program dan kegiatan organisasi dengan kebijakan pemerintah saat ini, yaitu Papua bangkit,
mandiri dan sejahtera,†ujarnya. Dilain pihak, tambahnya, senin dan budaya Papua adalah pilar terakhir yang mengindikasikan bahwa Papua ada dan hidup di atas bumi persada nusantara. Oleh sebab itu, seni dan budaya memrupakan pertahanan terakhir dari identitas orang Papua dalam bingkai negara kesatuan republik Indonesia.