Jayapura-Gubernur Provinsi Papua, Dr. J.P. Solossa, Drs, M.Si, Sabtu malam, di Gedung Negara, membantah adanya isu dan pemberitaan yang mengatakan bahwa ada terjadinya bencana kelaparan di Kabupaten Yahukimo, yang hingga menewaskan sebanyak 55 orang. Pemberitaan tersebut, lanjutnya, merupakan sebuah pemberitaan yang terlalu dibesar-besarkan dan dengan data yang tidak akurat.
Menurutnya, tidak ada bencana kelaparan di Yahukimo, ?apalagi ada bencana. Sebaliknya kalau ada bencana maka akan ada puluhan orang yang meninggal secara masal, dalam situasi tertentu dan waktu yang bersamaan..
Memang ada penduduk yang meninggal, tapi masyarakat yang meninggal itu data dari bulan Juni 2005 lalu yang dikumpul sampai dengan bulan ini. Sedangkan yang meninggal itu satu-persatu belum dapat dikatakan apakah meninggal karena kelaparan atau kekurangan makanan lalu, fisiknya tidak kuat terkena penyakita masuk dan meninggal. Ini yang sementara sedang diteliti, dan dari data awal sebagian besar lansia dan balita yang meninggal. Jadi sekali lagi saya tegaskan bahwa di Yahukimo itu bukan bencana kelaparan,? jelasnya.
Namun, Solossa, mengakui bahwa apabila didaerah tersebut sering terjadi kesulitan memperoleh makanan, maka hal tersebut dapat saja terjadi. Karena daerah itu, adalah daerah yang tergolong daerah rawan, karena tempat bercocok tanam dan lokasi pemukiman masyarakat, berada di daerah lereng-lereng gunung. Sehingga dapat disimpulkan bahwa, ubi-ubian yang biasa digunakan untuk makan, terkadang dapat berbuah dan terkadang kadang tidak berbuah oleh karena adanya musim penghujan.
Sedangkan untuk factor lain-lainnya, lanjut Solossa, ?masyarakat yang meninggal dari Bulan Juni 2005 lalu itu, diakibatkan oleh karena adanya kekurangan makanan. Hal itu disebabkan oleh karena dalam musim akhir tahun, ada musim kelapa hutan. Maksudnya, pada saat musim kelapa hutan, masyarakat pedalaman biasanya masuk ke hutan dan menggunakan kelapa tersebut sebagai bahan makanan. Kemudian setelah kelapa hutan habis, ketika masyarakat ingin kembali ke kampung, dan sebelumnya tidak memanam tanaman ubi, mereka kekurangan makanan di kampung.
Namun, teori inipun masih harus dibuktikan, atau masih masuk pada laporan dugaan, dan kita harus cek kembali dilapangan, apakah ada orang mati kelaparan, maka untuk kedepan nantinya akan kita dorong untuk dapat stok makanan di daerah itu,? ujarnya.
Ada dua sisi yang diambil hikmah dari pemberitaan ini. Sisi yang pertama terkesan seolah-olah Pemeritah tidak pernah menangani bencana seperti itu dan itu bukan bencana. Lalu dari kabupaten sendiri belum ada laporan ke kita bahwa itu ada bencana.
Menurutnya, sisi menguntungkan dengan adanya pemberitaan seperti ini adalah, Pemerintah Pusat akan lebih memberi perhatian yang besar kepada Provinsi Papua, khususnya di Kabupaten Yahukimo. Hal itu, seperti yang disampaikan oleh Menkokesra Sabtu kemarin melalui konferensi persnya, bahwa Pemerintah Pusat akan lebih memperhatikan Papua, khususnya Kabupaten Yahukimo saat ini untuk pembangunan transportasi, angkutan, bantuan bahan makanan, pembangunan jalan, bantuan angkutan bahan makanan, dan bentuan alat komunikasi seperti SSB minimal di tingkat Kecamatan, sehingga pengiriman informasi dapat cepat langsung disampaikan. Sedangkan untuk kedepan, pihaknya berharap agar berbagai pemberitaan untuk lebih dahulu dilakukan peninjauan dilokasi kejadian, sehingga berita yang dikeluarkan benar-benar akurat dan dapat dipercaya.
Terkait dengan adanya insiden pemukulaan salah satu wartawan Metro TV di Bandara Sentani, kata Solossa, pihaknya memohon maaf yang sebesar-besarnya kepada pihak korban dan Metro TV atas insiden pemukulan itu. Insiden pemukulan tersebut, sama sekali tidak diketahui oleh dirinya dan dirinya telah meminta pihak yang berwajib untuk memproses beberapa staf yang melalakukan pemukulan. **