JAYAPURA - Sebanyak 8.000 ton beras bagi Aparatur Sipil Negara (ASN) di Provinsi Papua diperkirakan tiba pada pertengahan Mei 2023 mendatang.
Beras impor dari luar negeri tersebut mestinya tiba lebih awal di Jayapura, namun akibat keterbatasan kapasitas bongkar muat di Pelabuhan Laut setempat, maka 8.000 ton beras ASN itu harus di bongkar di Jawa Timur.
"Pelabuhan di Jayapura ini kapasitasnya hanya 4.000 ton. Jadi kapal pengangkut beras 8.000 ton itu terpaksa balik lagi ke Jawa Timur. Setelah itu digeser ke Jayapura menggunakan dua kapal masing-masing mengangkut 4.000 ton beras."
"Sehingga diperkirakan 8.000 ton beras itu tiba di Jayapura pada 16 Mei mendatang, karena pergeseran beras membutuhkan waktu delapan hari untuk sampai di Jayapura. Sebenarnya total ada 12.000 ton, tapi 2.000 ton geser ke Papua Pegunungan lalu 2.000 ton sisanya ke Pegunungan Tengah," terang Kepala Kanwil Perum Bulog Papua dan Papua Barat, Raden Guna Dharma, Selasa (9/5/2023), di Jayapura.
Masih menurut Raden, saat ini stok beras di gudang bulog mencapai 390 ton. Hanya saja, beras yang ada saat ini belum bisa dikeluarkan karena masih melewati proses perawatan. Antara lain, proses fumigasi yang bertujuan menghilangkan bau dan kutu di beras.
"Fumigasi ini butuh waktu 10 hari. Setelah itu ada namanya penyegaran yang butuh waktu empat hari. Proses perawatan ini sudah menjadi standar Bulog, supaya nanti ketika konsumen menerima beras tidak ada komplain," jelas ia.
Oleh karenanya, Raden berharap para ASN untuk tak khawatir sebab Bulog setempat akan tetap melayani kebutuhan pemintaan beras perbulan, namun tak dirapel tiga bulan sekali. Sebab total kebutuhan permintaan ASN dan TNI/Polri per bulan mencapai 1.400 ton.
"Kalau minta rapel berarti tunggu beras 8.000 ton itu tiba dulu. Kalau per bulan kita masih bisa layani," tandasnya. ***