Ancaman krisis pangan sebagai dampak dari mewabahnya Covid-19 di Papua, perlu segera diantisipasi.
Kepala Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Papua, Naek Tigor Sinaga menyerukan kepada pemerintah daerah agar mendorong pengembangan potensi pangan lokal yang ada di wilayah masing-masing.
Dengan begitu, diharapkan kekurangan beras dapat digantikan pangan lokal sagu, singkong, ubi jalar atau talas.
“Dampak dari pandemi Covid-19 sangat mempengaruhi produksi pangan. Sehingga daerah yang surplus pangan mencoba menahan untuk tidak dibagikan ke daerah lain”.
“Misalnya beras dari Vietnam, akan berupaya mencukupi kebutuhan sendiri dulu sebelum menyalurkan ke luar. Makanya kita di Papua perlu kembangkan potensi-potensi yang ada di daerah, salah satunya pangan lokal,” imbau Naek Tigor di Jayapura, Kamis (25/6/2020).
Selain itu, Naek mendorong digelarnya festival kuliner secara berkesinambungan, agar para petani tidak hanya tinggal diam di rumah saja, tetapi bekerja guna meningkatkan produksi pangan daerah.
“Intinya di tengah pandemi seperti saat ini produksi harus tetap jalan. Jangan sampai semua tinggal di rumah karena dampaknya akan sangat besar,” tegas ia.
Asisten Bidang Perekonomian dan Kesejahteraan Rakyat Papua, Muhammad Musa'd mengapresiasi usulan itu.
Kendati demkian, meskipun di tengah pandemi Covid-19, provinsi paling timur Indonesia ini mampu menekan inflasi dari sebelumnya 0,45 (April) persen menjadi 0,30.
“Ini satu upaya kolaborasi antara pemerintah provinsi dengan Bank Indonesia serta komponen lain dengan melakukan agenda. Dimana salah satunya memastikan pasokan stok kebutuhan pangan di Papua masih terjamin.